Media sosial merupakan suatu alat 
untuk menyebarkan informasi kepada orang lain. Zaman dahulu sebelum 
kemajuan teknologi, media sosial mungkin hanya sebatas koran dan radio 
saja, itupun jumlahnya terbatas sekali dan hanya dimiliki oleh kalangan 
tertentu saja. Dewasa ini, berkat kemajuan ilmu dan teknologi semakin 
berkembang pula media sosial. Banyak media-media sosial ditemukan baik 
media cetak maupun elektronik. Bahkan pada era globalisasi yang 
merupakan era informasi seperti saat ini sangat mudah sekali orang 
mendapatkan informasi dari media sosial.
 
     Sebagai gambaran umum kepesatan perkembangan
 media sosial misalnya majalah-majalah kian menjamur dimana-mana, 
semakin banyak stasiun televisi bermunculan, internet semakin tidak 
lepas dari kehidupan masyarakat bahkan di pelosok-pelosok sekalipun dan 
masih banyak contoh lainnya. Meninjau begitu pesatnya perkembangan media
 sosial, kita perlu berfikir lebih dalam akan kecepatan sebuah informasi
 sampai ke setiap anggota masyarakat secara cepat karena apakah semua 
informasi tersebut bermanfaat bagi masyarakat dan apakah informasi 
tersebut berpengaruh terhadap masyarakat itu sendiri. 
     Masyarakat baik secara sadar maupun tidak 
sadar bahwa dalam kesehariannya selalu menjumpai media sosial, bahkan 
dalam setiap aktivitasnya selalu mendapatkan beberapa asupan informasi 
dari media sosial. Dapat dikatakan bahwa media sosial telah melekat 
dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh, ketika seseorang bangun dari
 tidurnya, televisi sudah siap dengan berita-berita terbarunya bahkan 
sebelum orang itu bangun dari tidur. Ketika orang tersebut akan 
berangkat menuju kantor atau tempat kerja, sudah banyak penjual koran 
yang siap dengan koran terbaru dan pastinya berita terbaru. Sesampainya 
di tempat kerja mungkin ada beberapa majalah di sana. Walaupun orang 
tersebut punya waktu sedikit untuk beristirahat tidak dapat dipungkiri 
bahwa orang tersebut akan membuaka majalah yang menarik tersebut untuk 
dibaca. Ketika orang tersebut dalam perjalanan pulang menuju rumah, bagi
 yang mengendarai mobil sendiri mungkin untuk menemani perjalanan pulang
 sambil mendengarkan radio yang ada pada mobil. Pada malam hari, orang 
tersebut mungkin masih menonton acara televisi bahkan hingga larut malam
 sebelum menjelang tidur. Jadi dapat dikatakan bahwa saat ini masyarakat
 hidup dengan media sosial sebagai pendamping hidupnya.
   Informasi yang terkandung dalam sebuah media banyak jenisnya. 
Misalnya pada televisi terdapat program berita, bisnis, sinetron, gosip,
 masak-memasak, musik, film dan sebagainya. Dalam majalah terdapat 
informasi mengenai kesehatan, pendidikan, fashion, trend atau lifestyle 
dan sebagainya. 
     Internet sebagai media sosial tercanggih 
saat ini merupakan raja dari segala informasi. Informasi tersebut dapat 
menambah wawasan dan pengetahuan bagi suatu masyarakat. Dengan wawasan 
baru dan pengetahuan terbaru masyarakat akan semakin berfikir maju dan 
kreatif dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Misalnya, dengan 
bantuan media sosial sebuah perusahaan dapat menginformasikan kepada 
konsumen akan produknya secara cepat. Contoh lainnya yaitu dengan 
bantuan media sosial lembaga pemerintah dapat menginformasikan kepada 
seluruh masyarakat indonesia mengenai program kerja yang akan 
dilaksanakan secara cepat dan efisien. 
   Jika kita tinjau kebelakang saat runtuhnya rezim orde baru, muncullah
 orde reformasi dan memberi warna tersendiri  bagi perkembangan media 
sosial yaitu muncul istilah “kebebasan pers”. Dengan adanya kebebasan 
pers, media tidak lagi dikuasai oleh pemerintah karena justru medialah 
yang mengendalikan masyarakat. Para pembuat media bebas dalam membut 
informasi dan para penerima informasi bebas dalam mengakses informasi 
apa saja asalkan masih sesuai dengan kaidah norma-norma yang berlaku. 
Namun kenyataannya sangat berbeda saat ini, banyak media yang sudah 
tidak mengindahkan norma yang berlaku dalam masyarakat. 
     Media sekarang ini bisa disebut “keblablasan
 pers”, kita dapat melihat indikasi ini secara nyata, misalnya banyak 
berita yang simpang siur tidak diketahui kebenarannya, membalikkan fakta
 dengan realita, banyak media yang sudah terlau fulgar akan pornografi, 
kekerasan, dan mengajarkan pergaulan bebas. Selebihnya internet yang 
menjangkau seluruh penjuru dunia tanpa ada aturan yang tegas dari 
pemerintah memberikan tontonan gratis akan pornografi, pornoaksi, video 
kekerasan, dan ajaran freesex. Sungguh ironi memang, kebebasan pers yang
 diharapkan akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan moral 
dan karakter bangsa justru akan merusak moral suatu bangsa itu sendiri. 
Kita tidak dapat menyalahkan pemerintah begitu saja akan kebijakan yang 
pernah dibuat tersebut, kita juga perlu meninjau siapa sebenarnya 
orang-orang dibalik pembuat media tersebut.
   Lantas apa hubungannya media sosial dengan masyarakat ? Jawabannya 
sangat singkat yaitu karena masyarakat cenderung meniru dari informasi 
apa yang didapat. Masyarakat awam cenderung memasukkan informasi yang 
diperolehnya secara mentah-mentah kedalam fikirannya karena begitu 
eratnya media sosial dalam hidupnya. Sehingga saat ini media sosial 
mempunyai kekuatan yang cukup besar dalam mempengaruhi masyarakat. 
Masyarakat diibaratkan sebagai burung beo, yang dapat berbicara sebebas 
apapun sesuai suara yang biasa didengarkannya. 
     Saat ini yang ditakutkan bukanlah kekuatan 
media sosialnya dalam mempengaruhi masyarakat, namun konten atau isi 
dalam media sosial tersebut. Tidak masalah jika isi dari media sosial 
tidak menyimpang dari norma yang berlaku dan justru membawa perubahan 
positif bagi suatu masyarakat dalam sebuah bangsa, bahayanya jika media 
yang tidak sehat namun sering ditemukan dan mengisi dalam setiap 
aktivitas masyarakat. Ditambah lagi semakin mudahnya mendapatkan media 
tersebut, generasi muda  yang tidak pandai memfilter secara 
terus-menerus akan ternodai fikirannya dengan media yang tidak sehat. 
Misalnya saja dalam sebuah acara televisi yang memaparkan secara lugas 
proses pembobolan uang melalui mesin atm bank dari awal hingga berhasil 
membawa uang kabur. Orang yang semula hanya mengerti saja tentang berita
 pembobolan atm bank mungkin karena media terlalu fulgar dalam 
memaparkan berita, orang tersebut terispirasi untuk menjadi pembobol atm
 baru dengan cara yang semakin rapih sehingga meningkatkan angka 
kriminalitas. Contoh lainnya yaitu ada adegan dalam sebuah sinetron yang
 tidak seharusnya ditampilkan misalnya anak sekolah yang menggunakan 
pakaian sangat minim, secara terang-terangan memunculkan adegan ciuman. 
     Karena begitu cepatnya informasi tersebut 
tersebar dalam waktu singkat, apa jadinya jika informasi tersebut sampai
 kepada anak-anak yang belum tentu mempunyai filter yang kuat. Anak 
tersebut menganggap bahwa apa saja yang ditayangkan di televisi sudah 
pasti bagus, sehingga banyak adegan-adegan yang tidak sesuai dengan 
norma yang di tiru oleh anak-anak khususunya remaja. Hal-hal yang tidak 
baik secara norma sudah dianggap wajar. Dampaknya sudah sangat terasa 
sekarang ini, banyak remaja putri yang berpakaian tidak sopan, banyak 
pasangan remaja lain jenis yang tidak perlu ragu lagi untuk berbuat 
tidak senonoh bahkan di khayalak umum karena mereka menganggap hal 
tersebut sudah wajar. Tidak heran jika sekarang banyak kasus pelecehan 
seksual, pemerkosaan, perzinaan, aborsi sampai pembunuhan bayi. 
Masyarakat benar-benar berubah dari semula yang menjunjung norma dan 
moral yang tinggi, kini mewajarkan hal-hal yang tidak sesuai dengan 
norma. Bagaimana generasi penerus bangsa kelak jika hal-hal buruk 
dianggap wajar. 
     Melihat begitu kuatnya pengaruh media 
terhadap perubahan pada masyarakat, kita perlu memikirkan bagaimana 
caranya agar masyarakat tidak dapat dikendalikan secara mentah-mentah 
oleh media dan bagaimana caranya agar media yang tidak sehat tidak 
muncul lagi dalam masyarakat. Sehingga hal-hal negatif dalam media tidak
 membawa perubahan negatif pada masyarakat. Pertama, pemerintah sebagai 
pemimpin masyarakat perlu bertindak tegas terhadap aturan yang pernah 
dibuatnya, seharusnya pemerintah lebih menegakkan aturan yang sesuai 
dengan norma ketimbang aturan yang mendukung hak asasi manusia. Karena 
kita tahu “hak asasi” sering dijadikan senjata tajam untuk menentang 
suatu kebijakan. Banyak aturan yang justru baik secara norma misalnya 
saja menghentiakn penyiaran televisi diatas jam 12 malam, justru 
dianggap melanggar hak asasi oleh sebagian media, sehingga banyak sekali
 televisi yang masih beroperasi di atas jam 12 malam dengan 
program-program yang kebanyakan tidak mendidik. 
     Kedua, pembuat media harus lebih selektif 
dalam memilih informasi yang akan disuguhkan kepada masyarakat. Pembuat 
media seharusnya tidak mengedepankan ego, tetapi lebih mengedepankan 
tayangan yang santun dan mendidik. Ketiga, masyarakat harus selektif 
dalam memilih informasi dan lebih mempunyai daya filter yang tinggi. 
Masyarakat harus lebih mengedepankan akal sehatnya ketimbang trend dan 
lifestyle. Keempat, yang lebih penting lagi yaitu masing-masing individu
 dalam masyarakat harus membunyai benteng yang kuat terhadap segala 
pengaruh buruk baik dari media maupun dari masyrakat lainnya. Benteng 
tersebuat tidak lain agama yang dianutnya, jika setiap individu 
menjalankan dengan sungguh-sungguh agama yang dianutnya maka orang 
tersebuat tidak akan mudah terpovokrasi oleh media.
   Akhirnya kita semua tahu bahwa antara media, 
pemerintah dan masyarakat saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kita
 semua harus bergandengan tangan untuk mengembalikan citra positif dari 
suatu media. Jika media sudah dianggap positif oleh semua kalangan 
masyarakat, saya jamin orang yang baik namun dulunya tidak percya kepada
 media akan mulai mempercayai media dan bahkan akan memberikan 
kontribusi positif terhadap media itu sendiri. Sehingga diharapkan 
orang-orang baiklah yang akan mengisi media sosial dan akan menguasai 
media sosial. Jika orang baik dan terdidik mampu menguasai sebuah media 
diharapakan media yang mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi masyarakat 
dapat memberikan informasi yang benar-benar bermanfaat dan membuat 
masyarakat lebih menjunjung tinggi moral. Sehingga muncullah generasi 
penerus bangsa yang kreatif, berdaya saing serta mempunyai karakter dan 
moral yang menjunjung tinggi nilai dan norma demi kemajuan bangsa 
Indonesia yang kita cintai.
Artikel Asli Karya : Muhammad Anshory
Artikel Asli Karya : Muhammad Anshory


2 comments
Thanks infonya. Oiya ngomongin media sosial, ternyata ada fakta menarik loh yang jarang terungkap ke permukaan. Katanya, media sosial itu bisa bikin seseorang jadi boros. Selengkapnya bisa temen-temen cek di sini: Media sosial bikin boros
terimakasih informasinya sangat bermanfaat. perkenalkan nama saya Asep kurniawan
kunjungi website kami juga
https://www.atmaluhur.ac.id/
tks