Buat Mahasiswa Yang CUMA Bangga Sama IP 3.5 [Wajib Baca]

Disadari atau nggak, mahasiswa di era pasca soeharto lengser cenderung lebih berbeda dibanding dengan mahasiswa sebelum soeharto lengser. Setidaknya, dari intensitas ngomong, mahasiswa jaman sebelum soeharto lengser lebih vokal ngomong di luar urusannya sama akademik.

Terlepas dari ada atau nggak penyokong dana di balik aksi mahasiswa sebelum soeharto, senggaknya mahasiswa di jaman orde baru lebih punya prinsip buat ngadain gerakan-gerakan. Nggak cuma gerakan demo, tapi juga lobi-lobi ke pemerintahan.

Sekarang?

Disadari atau nggak, mahasiswa jaman sekarang cenderung lebih milih nggedein IPK, lulus nggak nyampe 4 tahun, terus kerja di perusahaan bonafit. Sukur-sukur sih kerja di perusahaan asing yang ada di Indonesia. Kalo bahasa kasarannya versi ane, menJongoskan diri di negeri sendiri. yaaa…beda tipis lah sama orang pribumi jaman hindia belanda yang justru jadi kacungnya orang belanda.

Oke. Kembali ke topik. Dari berbagai obrolan warung kopi, emang faktanya mahasiswa jaman sekarang (nggak tau sengaja atau nggak) dibuat biar lebih fokus ke bidang akademiknya. Itu bahasa halusnya. Kalo bahasa yang agak blak-blakan, yaa…mahasiswa dibikin cupu. Dibikin gimana caranya jadi kutu buku, tiap hari cuma berangkat kuliah, masuk kelas, dengerin dosen, tidur di kelas, ngerjain tugas, lobi dosen biar dapet nilai bagus, atau biar lebih dramatis, kalo menjelang ujian safari ke rumah dosen ngasih parcel atau bingkisan. Yaa..siapa tau si dosen akan iba dan tersentuh hatinya kalo udah dikasih bingkisan, terus mau ngasih nilai bagus.
Kurang lebih gitu kan?

Kalo diitung di kampus, jumlah mahasiswa yang mau mikir kondisi kampusnya, lingkungannya, atau malah negaranya, dibanding jumlah mahasiswa yang boro-boro mikir orang lain, buat mikir dirinya sendiri bahkan doi bersedia nyikut kawannya. Banyakan mana coba? Mahasiswa yang lebih ngejar target IPK dan lulus cepet, ketimbang mahasiswa yang menikmati kuliahnya dengan berbagai kegiatan non akademik.

Yaa…nggak bisa dipungkiri, mahasiswa jaman sekarang ngejar lulus dibawah 4 tahun. Bukan mahasiswanya yang salah sih kalo menurut ane.

SEKALI LAGI!
BUKAN MAHASISWA JAMAN SEKARANG YANG SALAH.


Tapi dari berbagai hasil analisis ane, emang mahasiswa jaman sekarang sengaja dibikin nggak vokal, baik merespon lingkungannya, terhadap sikap pemerintah pusat dan daerah, atau juga terhadap orang-orang di sekitarnya. Kenapa?
Berikut analisis ane


Yang pertama, secara nggak sadar, Rezim jaman SBY beda-beda tipis sama rezimnya Soeharto. Nggak percaya? Yaa…walau kedoknya negara demokrasi, bebas korupsi, kebebasan berpendapat, tapi faktanya kroni-kroninya SBY di partai sama di keluarganya pada mainin proyek negara. Korupsi kurang lebih bahasa jaman sekarangnya. Nah, kalo mahasiswa jaman dulu, mereka langsung sadar kalo Kroninya Soeharto korup. Makannya tahun 1998 sempet meledak kan?
Sekarang? Jaman SBY? Orang birokrat udah belajar dari jaman kesalahan Soeharto. Kalo mahasiswa dibiarin liar di kampusnya, dikasih ruang bebas buat berorganisasi atau respek ke lingkungannya, yang ada mereka sadar kalo sekarang jaman udah lagi nggak bener. Maka dari itu dibikin kurikulum kampus yang lebih ketat. Target IPK 3 lah, lulus di bawah 4 tahun lah. bla bla bla….
Itu yang pertama.

Yang kedua, mau nggak mau ane harus ngomong lagi soal konspirasi asing. Kok nyambung ke asing? Pikir aja! 5-10 tahun ke depan, yang bakalan ngurus negara Indonesia tercinta mau nggak mau ya mahasiswa yang kuliah kan? Nah, kalo mahasiswa yang kuliah dibiarin liar di kampusnya, belajar organisasi, terus tiba-tiba sadar mereka masih dibodohi asing jaman modern, pasti mereka bakal berontak.
Nah, strategi asing, ya dibikin gimana caranya biar mahasiswa yang lulus dari kampusnya buat puas dengan gaji sedikit di atas perusahaan pribumi, terus menikmati hasil ngacung mereka di perusahaan asing.
Kalo mahasiswa sadar, 5-10 tahun lagi asing pasti bakal terancam. Kenapa? Bayangin aja sekarang. Berapa perjanjian ekspor impor yang merugikan Indonesia? Contoh gampang yang baru kejadian, Indonesia punya banyak garam, tapi menteri perdagangannya malah impor garam. Nah lo? Nyambungnya? Ya Intervensi asing.



Nggak cuma itu. Sekarang, coba pikir lagi, 5-10 tahun, minyak sama hutan bakal jadi barang langka dan penting. Asing di Indonesia udah mulai ancang-ancang noh! Pake perusahaan, csr, greenpeace, bla bla bla. Nah? Kalo mahasiswa nyadar orang indonesia cuma jadi kacung di negaranya, ya asing merasa terancam. Maka dibuatlah gimana caranya mahasiswa lulus dengan kemampuan akademik aja, biar nggak punya jiwa kepemimpinan, terus puas dengan kedudukan STAF PERUSAHAAN ASING di negaranya sendiri.



Oiya, perlu ditekankan lagi. Ane nggak mendiskreditkan mahasiswa jaman sekarang. Karena status ane sekarang juga masih mahasiswa. Tapi yang terjadi sekarang, sistemnya emang dibikin gitu. mahasiswa diberi ruang sempit buat melakukan aktivitas diluar doktrin akademik. Intinya 24 jam dalam 7 hari, mahasiswa disuruh baca buku doang!
Terus juga, ane nggak anti asing! Tapi faktanya sekarang, asing yang udah ngobok-obok negara kita. Emang mau besok anak-anak kita tetep dijajah kayak kita? dijadiin kacung dari perusahaan-perusahaan mereka yang udah nyedot emas, minyak, batubara, dan kekayaan negara kita buat perut mereka? Ane rasa cuma orang bego yang mau diporotin hartanya sampe mereka jatuh miskin.

Sebenernya sih mahasiswa yang nyadar juga ada. Ada juga mahasiswa sekarang yang mulai bikin gerakan sosial. Misalnya di twitter, facebook, forum. Yaa..termasuk kaskus juga. Di dunia nyata, banyak juga mahasiswa yang bikin gerakan sosial yang intinya ngembangin potensinya. Tapi itu baru sebagian kecil.

Ini bukan jaman penjajahan klasik kayak jaman jepang, belanda, inggris jajah indonesia sebelum 1945. Ini jaman penjajahan model baru. Nggak cuma orang asing, bangsa sendiri yang cuma mikir mbuncitin perut mereka juga penjajah model baru.

sumber http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016402369/buat-mahasiswa-yang-cuma-bangga-sama-ip-35-wajib-baca/

Pengaruh Media Sosial Terhadap Masyarakat


Media sosial merupakan suatu alat untuk menyebarkan informasi kepada orang lain. Zaman dahulu sebelum kemajuan teknologi, media sosial mungkin hanya sebatas koran dan radio saja, itupun jumlahnya terbatas sekali dan hanya dimiliki oleh kalangan tertentu saja. Dewasa ini, berkat kemajuan ilmu dan teknologi semakin berkembang pula media sosial. Banyak media-media sosial ditemukan baik media cetak maupun elektronik. Bahkan pada era globalisasi yang merupakan era informasi seperti saat ini sangat mudah sekali orang mendapatkan informasi dari media sosial.  
     Sebagai gambaran umum kepesatan perkembangan media sosial misalnya majalah-majalah kian menjamur dimana-mana, semakin banyak stasiun televisi bermunculan, internet semakin tidak lepas dari kehidupan masyarakat bahkan di pelosok-pelosok sekalipun dan masih banyak contoh lainnya. Meninjau begitu pesatnya perkembangan media sosial, kita perlu berfikir lebih dalam akan kecepatan sebuah informasi sampai ke setiap anggota masyarakat secara cepat karena apakah semua informasi tersebut bermanfaat bagi masyarakat dan apakah informasi tersebut berpengaruh terhadap masyarakat itu sendiri. 
     Masyarakat baik secara sadar maupun tidak sadar bahwa dalam kesehariannya selalu menjumpai media sosial, bahkan dalam setiap aktivitasnya selalu mendapatkan beberapa asupan informasi dari media sosial. Dapat dikatakan bahwa media sosial telah melekat dalam kehidupan masyarakat. Sebagai contoh, ketika seseorang bangun dari tidurnya, televisi sudah siap dengan berita-berita terbarunya bahkan sebelum orang itu bangun dari tidur. Ketika orang tersebut akan berangkat menuju kantor atau tempat kerja, sudah banyak penjual koran yang siap dengan koran terbaru dan pastinya berita terbaru. Sesampainya di tempat kerja mungkin ada beberapa majalah di sana. Walaupun orang tersebut punya waktu sedikit untuk beristirahat tidak dapat dipungkiri bahwa orang tersebut akan membuaka majalah yang menarik tersebut untuk dibaca. Ketika orang tersebut dalam perjalanan pulang menuju rumah, bagi yang mengendarai mobil sendiri mungkin untuk menemani perjalanan pulang sambil mendengarkan radio yang ada pada mobil. Pada malam hari, orang tersebut mungkin masih menonton acara televisi bahkan hingga larut malam sebelum menjelang tidur. Jadi dapat dikatakan bahwa saat ini masyarakat hidup dengan media sosial sebagai pendamping hidupnya. Informasi yang terkandung dalam sebuah media banyak jenisnya. Misalnya pada televisi terdapat program berita, bisnis, sinetron, gosip, masak-memasak, musik, film dan sebagainya. Dalam majalah terdapat informasi mengenai kesehatan, pendidikan, fashion, trend atau lifestyle dan sebagainya. 
     Internet sebagai media sosial tercanggih saat ini merupakan raja dari segala informasi. Informasi tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi suatu masyarakat. Dengan wawasan baru dan pengetahuan terbaru masyarakat akan semakin berfikir maju dan kreatif dalam menjalankan aktivitas kesehariannya. Misalnya, dengan bantuan media sosial sebuah perusahaan dapat menginformasikan kepada konsumen akan produknya secara cepat. Contoh lainnya yaitu dengan bantuan media sosial lembaga pemerintah dapat menginformasikan kepada seluruh masyarakat indonesia mengenai program kerja yang akan dilaksanakan secara cepat dan efisien. Jika kita tinjau kebelakang saat runtuhnya rezim orde baru, muncullah orde reformasi dan memberi warna tersendiri bagi perkembangan media sosial yaitu muncul istilah “kebebasan pers”. Dengan adanya kebebasan pers, media tidak lagi dikuasai oleh pemerintah karena justru medialah yang mengendalikan masyarakat. Para pembuat media bebas dalam membut informasi dan para penerima informasi bebas dalam mengakses informasi apa saja asalkan masih sesuai dengan kaidah norma-norma yang berlaku. Namun kenyataannya sangat berbeda saat ini, banyak media yang sudah tidak mengindahkan norma yang berlaku dalam masyarakat. 
     Media sekarang ini bisa disebut “keblablasan pers”, kita dapat melihat indikasi ini secara nyata, misalnya banyak berita yang simpang siur tidak diketahui kebenarannya, membalikkan fakta dengan realita, banyak media yang sudah terlau fulgar akan pornografi, kekerasan, dan mengajarkan pergaulan bebas. Selebihnya internet yang menjangkau seluruh penjuru dunia tanpa ada aturan yang tegas dari pemerintah memberikan tontonan gratis akan pornografi, pornoaksi, video kekerasan, dan ajaran freesex. Sungguh ironi memang, kebebasan pers yang diharapkan akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan moral dan karakter bangsa justru akan merusak moral suatu bangsa itu sendiri. Kita tidak dapat menyalahkan pemerintah begitu saja akan kebijakan yang pernah dibuat tersebut, kita juga perlu meninjau siapa sebenarnya orang-orang dibalik pembuat media tersebut. Lantas apa hubungannya media sosial dengan masyarakat ? Jawabannya sangat singkat yaitu karena masyarakat cenderung meniru dari informasi apa yang didapat. Masyarakat awam cenderung memasukkan informasi yang diperolehnya secara mentah-mentah kedalam fikirannya karena begitu eratnya media sosial dalam hidupnya. Sehingga saat ini media sosial mempunyai kekuatan yang cukup besar dalam mempengaruhi masyarakat. Masyarakat diibaratkan sebagai burung beo, yang dapat berbicara sebebas apapun sesuai suara yang biasa didengarkannya. 
     Saat ini yang ditakutkan bukanlah kekuatan media sosialnya dalam mempengaruhi masyarakat, namun konten atau isi dalam media sosial tersebut. Tidak masalah jika isi dari media sosial tidak menyimpang dari norma yang berlaku dan justru membawa perubahan positif bagi suatu masyarakat dalam sebuah bangsa, bahayanya jika media yang tidak sehat namun sering ditemukan dan mengisi dalam setiap aktivitas masyarakat. Ditambah lagi semakin mudahnya mendapatkan media tersebut, generasi muda yang tidak pandai memfilter secara terus-menerus akan ternodai fikirannya dengan media yang tidak sehat. Misalnya saja dalam sebuah acara televisi yang memaparkan secara lugas proses pembobolan uang melalui mesin atm bank dari awal hingga berhasil membawa uang kabur. Orang yang semula hanya mengerti saja tentang berita pembobolan atm bank mungkin karena media terlalu fulgar dalam memaparkan berita, orang tersebut terispirasi untuk menjadi pembobol atm baru dengan cara yang semakin rapih sehingga meningkatkan angka kriminalitas. Contoh lainnya yaitu ada adegan dalam sebuah sinetron yang tidak seharusnya ditampilkan misalnya anak sekolah yang menggunakan pakaian sangat minim, secara terang-terangan memunculkan adegan ciuman. 
     Karena begitu cepatnya informasi tersebut tersebar dalam waktu singkat, apa jadinya jika informasi tersebut sampai kepada anak-anak yang belum tentu mempunyai filter yang kuat. Anak tersebut menganggap bahwa apa saja yang ditayangkan di televisi sudah pasti bagus, sehingga banyak adegan-adegan yang tidak sesuai dengan norma yang di tiru oleh anak-anak khususunya remaja. Hal-hal yang tidak baik secara norma sudah dianggap wajar. Dampaknya sudah sangat terasa sekarang ini, banyak remaja putri yang berpakaian tidak sopan, banyak pasangan remaja lain jenis yang tidak perlu ragu lagi untuk berbuat tidak senonoh bahkan di khayalak umum karena mereka menganggap hal tersebut sudah wajar. Tidak heran jika sekarang banyak kasus pelecehan seksual, pemerkosaan, perzinaan, aborsi sampai pembunuhan bayi. Masyarakat benar-benar berubah dari semula yang menjunjung norma dan moral yang tinggi, kini mewajarkan hal-hal yang tidak sesuai dengan norma. Bagaimana generasi penerus bangsa kelak jika hal-hal buruk dianggap wajar. 
     Melihat begitu kuatnya pengaruh media terhadap perubahan pada masyarakat, kita perlu memikirkan bagaimana caranya agar masyarakat tidak dapat dikendalikan secara mentah-mentah oleh media dan bagaimana caranya agar media yang tidak sehat tidak muncul lagi dalam masyarakat. Sehingga hal-hal negatif dalam media tidak membawa perubahan negatif pada masyarakat. Pertama, pemerintah sebagai pemimpin masyarakat perlu bertindak tegas terhadap aturan yang pernah dibuatnya, seharusnya pemerintah lebih menegakkan aturan yang sesuai dengan norma ketimbang aturan yang mendukung hak asasi manusia. Karena kita tahu “hak asasi” sering dijadikan senjata tajam untuk menentang suatu kebijakan. Banyak aturan yang justru baik secara norma misalnya saja menghentiakn penyiaran televisi diatas jam 12 malam, justru dianggap melanggar hak asasi oleh sebagian media, sehingga banyak sekali televisi yang masih beroperasi di atas jam 12 malam dengan program-program yang kebanyakan tidak mendidik. 
     Kedua, pembuat media harus lebih selektif dalam memilih informasi yang akan disuguhkan kepada masyarakat. Pembuat media seharusnya tidak mengedepankan ego, tetapi lebih mengedepankan tayangan yang santun dan mendidik. Ketiga, masyarakat harus selektif dalam memilih informasi dan lebih mempunyai daya filter yang tinggi. Masyarakat harus lebih mengedepankan akal sehatnya ketimbang trend dan lifestyle. Keempat, yang lebih penting lagi yaitu masing-masing individu dalam masyarakat harus membunyai benteng yang kuat terhadap segala pengaruh buruk baik dari media maupun dari masyrakat lainnya. Benteng tersebuat tidak lain agama yang dianutnya, jika setiap individu menjalankan dengan sungguh-sungguh agama yang dianutnya maka orang tersebuat tidak akan mudah terpovokrasi oleh media.
   Akhirnya kita semua tahu bahwa antara media, pemerintah dan masyarakat saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Kita semua harus bergandengan tangan untuk mengembalikan citra positif dari suatu media. Jika media sudah dianggap positif oleh semua kalangan masyarakat, saya jamin orang yang baik namun dulunya tidak percya kepada media akan mulai mempercayai media dan bahkan akan memberikan kontribusi positif terhadap media itu sendiri. Sehingga diharapkan orang-orang baiklah yang akan mengisi media sosial dan akan menguasai media sosial. Jika orang baik dan terdidik mampu menguasai sebuah media diharapakan media yang mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi masyarakat dapat memberikan informasi yang benar-benar bermanfaat dan membuat masyarakat lebih menjunjung tinggi moral. Sehingga muncullah generasi penerus bangsa yang kreatif, berdaya saing serta mempunyai karakter dan moral yang menjunjung tinggi nilai dan norma demi kemajuan bangsa Indonesia yang kita cintai.

Artikel Asli Karya : Muhammad Anshory
© 2015. Information Center - Template by Creating Website Modified by Blog Si Ryan
Proudly powered by Blogger