CONTOH SOAL ASESMENT EMPAT LEVEL PENGETAHUAN : FAKTUAL, KONSEPTUAL, PROSEDURAL, METAKOGNISI

DIMENSI PENGETAHUAN (REVISI TAKSONOMI PENDIDIKAN BLOOM)
DIMENSI PENGETAHUAN (REVISI TAKSONOMI PENDIDIKAN BLOOM)
Jenis-jenis Pengetahuan dalam psikologi kognitif:
1.Pengetahuan Faktual
2.Pengetahuan Konseptual
3.Pengetahuan Prosedural
4.Pengetahuan Metakognitif
1. PENGETAHUAN FAKTUAL:
Pengetahuan tentang elemen-elemen yang terpisah dan mempunyai cirri-ciri tersendiri potongan-potongan informasi
Pengetahuan Faktual: pengetahuan terminology dan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik
2. PENGETAHUAN KONSEPTUAL
Pengetahuan tentang “bentuk-bentuk pengetahuan yang lebih kompleks dann terorganisasi” Jenis pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentangg klasifikasi dan kategori, prinsip, dan generalisasi, dan juga teori, model dan struktur.
3. PENGETAHUAN PROSEDURAL
Pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu
Pengetahuan tentang keterampilan dan algoritme, teknik dan metode dan juga perihal criteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan dan/menjustifikasi “kapan melakukan sesuatu” dalam ranah-ranah dan disiplin-disiplin ilmu tertentu.
4. PENGETAHUAN METAKOGNIITF
Pengetahuan mengenai kognisi secara umum, kesadaran akan dan pengetahuan mengenai kognisi sendiri.
Pengetahuan ini meliputi pengetahuan strategis, pengetahuan tentang proses-proses kognitif, termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional serta pengetahuan diri.
Jenis dan Sub Jenis Contoh
Pengetahuan Faktual-Elemen-elemen dasar yang harus diketahui siswa untuk mempelajari satu disiplin ilmu tersebut
1. Pengetahuan tentang terminology
2. Pengetahuan tentang detail-detail elemen-elemen yang spesifik Kosakata teknis, symbol-simbol music, sumber-sumber daya alam pokok, sumber-sumber informasi yang reliabel
B. Pengetahuan Konseptual –Hubungan-hubungan antar elemen dalam sebuah struktur besar yang memungkinkan elemen-elemennya berfungsi secara bersama-sama
1. Pengetahuan tentang kalsifikasi dan kategori
2. Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
3. Pengetahuan tentang teori, model dan struktur Periode waktu geologis, bentuk kepilikan usaha dan bisnis
Rumus Phytagoras, Hukum Penawaran dan Permintaan
Teori Evolusi, Struktur MPR
C. Pengetahuan Prosedural-Bagaimana melakukan sesuatu, mempraktikkan metode-metode penelitian, dan kriteria-kriteria untuk menggunakan keterampilan, algoritme, teknik dan metode
1.Pengetahuan tentang keterampilan dalam bidang tertentu dan algoritme
2. Pengetahuan tentang teknik dan metode dalam bidang tertentu
3.Pengetahuan tentang kriteria untuk menentukan kapan harus menggunakan prosedur yang tepat Kriteria yang digunakan untuk menentukan kapan harus menerapkan prosedur hukum Newton, kriteria yang digunakan untuk menilai fisibilitas suatu metode
Pengetahuan Metakognitif- Pengetahuan tentang kognisi secara umum dan kesadaran dan pengetahuan tentang kognisi diri sendiri
1. Pengetahuan Strategis
2. Pengetahuan tentang tugas-tugas kognitif
3. Pengetahuan-diri Pengetahuan tentang skema sebagai alat untuk mengetahui struktur suatu pokok bahasan dalam buku teks, pengetahuan tentang penggunaan metode penemuan atau pemecahan masalah.
Pengetahuan tentang macam-macam tes yang dibuat guru, pengetahuan tentang tuntutan beragam tugas kognitif
Pengetahuan bahwa diri (sendiri) kuat dalam ‘mengkritisi esai, tetapi lemah dalam hal menulis esai; kesadaran tentang tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh diri (sendiri)
Mengingat berarti mengambil pengetahuan tertentu dari memori jangka panjang.
Memahami adalah mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.
Mengaplikasikan berarti menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.
Menganalisis berarti memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau membuat suatu produk yang orisinal.
Enam Kategori pada Dimensi Proses Kognitif dan Proses-proses kognitif
Kategori Proses Proses Kognitif dan Contohnya
1. Mengingat-Mengambil pengetahuan dan memori jangka panjang
1.1 Mengenali
1.2 Mengingat kembali Mengenali tanggal terjadinya peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia
Meningat kembali tanggal peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Indonesia
2. Memahami-Mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru
2.1 Menafsirkan
2.2 Mencontohkan
2.3 Mengklasifikasikan
2.4 Merangkum
2.5 Menyimpulkan
2.6 Membandingkan
2.7 Menjelaskan Memparafrasekan ucapan dan dokumen penting
Memberi contoh tentang aliran-aliran seni lukis
Mengklasifikasikan kelainan-kelainan mental yang telah diteliti atau dijelaskan
Menulis ringkasan pendek tentang peristiwa-peristiwa yang ditayangkan ditelevisi
Dalam belajar bahasa asing menyimpulkan tata bahasa berdasarkan contoh-contohnya
Membandingkan peristiwa-peristiwa sejarah dengan keadaan sekarang
Menjelaskan sebab-sebab terjadinya peristiwa-peristiwa penting pada abad ke-18 di Indonesia
3. Mengaplikasikan-Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu
3.1 Mengeksekusi Membagi satu bilangan dengan bilangan lain kedua bilangan ini terdiri dari beberapa digit
3.2 Mengimplementasikan Menggunakan hukum Newton kedua pada konteks yang tepat
4. Menganalisis-Memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan
4.1 Membedakan
4.2 Mengorganisasikan
4.3 Mengatribusikan Membedakan antara bilangan yang relevan dan bilangan yang tidak relevan dalam soal matematika cerita
Menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu penjelasan historis
Menunjukkan sudut pandang penulis suatu esai sesuai dengan pandangan politik si penulis.
5. Mengevaluasi-mengambil keputusan berdasarkan criteria dan/atau standar
5.1 Memeriksa
5.2 Mengkritik Memeriksa apakah kesimpulan-kesimpulan seorang ilmuawan sesuai dengan data-data amatan atau tidak
Menentukan satu metode terbaik dari dua metode untuk menyelesaikan masalah
6. Mencipta- Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
6.1 Merumuskan
6.2 Merencanakan
6.3 Memproduksi Merumuskan hipotesis tentang sebab-sebab terjadinya suatu fenomena
Merencanakan proposal penelitian tentang topic sejarah tertentu
Membuat habitat untuk spesies tertentu demi suatu tujuan
Tabel taksanomi dapat dipakai untuk mengkategorikan tujuan-tujuan, disediakan bagi orang-orang yang melakukan kategorisasi supaya mereka menarik kesimpulan yang tepat tentang tujuan-tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan perlu dikategorikan karena beberapa alasan:
1) Kategorisasi dalam kerangka berpikir ini memungkinkan para pendidik mengkaji tujuan-tujuan pendidikan dari kaca mata siswa
2) Kategorisasi dengan kerangka berpikir ini membantu para pendidik memikirkan berbagai kemungkinan dalam pendidikan
3) Kategorisasi dengan kerangka pikir ini membantu para pendidik melihat hubungan integral antara proses kognitif yang inheren dalam tujuan pendidikan
4) Mampu menjawab pertanyaan tentang asesmen
PENGETAHUAN FAKTUAL
Pengetahuan Tentang Terminologi
Pengetahuan tentang Terminologi melingkupi pengetahuan tentang label dan symbol verbal dan nonverbal (misalnya kata, angka, tanda, dan gambar)
Contoh:
Pengetahuan tentang alphabet, bagian-bagian sel, nama-nama partikel atom
Pengetahuan tentang detail-detail dan elemen-elemen yang spesifik merupakan pengetahuan tentang peristiwa, lokasi, orang, tanggal, sumber informasi, dan semacamnya.
Contoh:
Pengetahuan tentang nama orang, tempat, dan peristiwa yang signifikan
Pengetahuan tentang fakta-fakta pokok perihal kebudayaan dan masyarakat tertentu
PENGETAHUAN KONSEPTUAL
Pengetahuan Konseptual meliputi skema, model mental, atau teori yang implicit atau eksplisit dalam beragam mmodel psikologi kognitif.
Pengetahuan Konseptual terdiri dari tiga sub jenis:
1) Pengetahuan tentang Klasifikasi dan kategori
2) Pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi
3) Pengetahuan tentang teori, model, dan struktur
……..
Kategori-kategori Dalam Dimensi Proses Kognitif
1. Mengingat
Meretensi materi pelajaran sama seperti materi yang diajarkan boleh jadi Pengetahuan factual, Konseptual, Prosedural, Metakognitif
a) Mengenali (mengidentifikasi) ; mengambil pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangaka pannjang untuk membandingkannya dengan informasi yang baru saja diterima
Format Asesmen: Format benar-salah atau pilihan ganda, menjodohkan
b) Mengingat Kembali; mengambil kembali pengetahuan yang dibutuhkan dari memori jangak panjang. Format Asesmen: essay atau soal cerita
2. Memahami
Menumbuhkan kemampuan mentransfer. Mengkonstruksi makna pesan-pesan pembelajaran, baik yang bersifat lisan, tulisan ataupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran, buku.
Proses-proses Kognitif meliputi: menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
a) Menafsirkan
Mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lain, gambar dari kata-kata, kata-kata jadi gambar, angka jadi kata-kata, nama lain: menerjemahkan, memfrasakan, menggambarkan, dan mengklarifikasi.
Format Assesment: Format tes, jawaban singkat (siswa mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban)
b) Mencontohkan
Mencontohkan melibatkan proses indetifikasi cirri-ciri pokok dari konsep ataupun prinsip umum. Nama lain: mencontohkan, mengilustrasikan.
Format Assesment: Format tes, jawaban singkat (siswa mencari jawaban) dan pilihan ganda (siswa memilih jawaban)
c) Mengklasifikasikan
Melibatkan proses medeteksi cirri-ciri atau pola-pola yang sesuai dengan contoh dan konsep atau prinsip tersebut.
Format Asesment: Tes Jawabna singkat, siswa diberi contoh dan diharuskan membuat konsep atau prinsip yang sesuai dengan contoh. Tes Pilihan ganda, siswa diberi suatu contoh dan kemudian diharuskan memilih konsep atau prinsip dari pilihan-pilihan konsep atau prinsip. Atau siswa diberi sejumlah contoh dan diharuskan menentukan manakah yang termasuk dalam suatu kategori dan manakah yang tidak, atau diharuskan menempatkan satuu contoh ke dalam salah satu dari banyak kategori.
d) Merangkum, Proses membuat ringkasan informasi. Nama lain merangkum adalah menggeneralisasi dan mengabstraksi.
Format Asesmen: Tes jawaban singkat atau pilihan ganda yang berkenaan dengan penentuan tema atau pembuatan rangkuman.
e) Menyimpulkan, menemukan pola dalam sejumlah contoh. Nama lain: Menhekstrapolasi, Menginterpolasi, memprediksi dan menyimpulkan
Format Asesmen: Tes melengkapi, tes analogi, dan tes pengecualian
f) Membandingkan
Melibatkan proses mendeteksi persamaan dan perbedaan antara dua atau lebih objek, peristiwa, ide, masalah, atau situasi seperti menentukan bagaimana suatu peristiwa terkenal.
Format Asesmen: Pemetaan.
g) Menjelaskan, membuat dan menggunakan model sebab akibat dalam sebuah sistem. Format asesmen: Tugas-tugas penalaran, penyelesaian masalah, desain ulang, dan prediksi .
3. MENGAPLIKASIKAN
Melibatkan penggunaan prosedur-prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau penyelesaian masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan Prosedural. Proses kognitif terdiri dari mengeksekusi (ketika tugas hanya soal latihan) dan mengimplemantasi (ketika tugas merupakan masalah yang tidak familiar)
Dalam mengimplementasikan memahami pengetahuan konseptual merupakan prasyarat mengaplikasikan pengetahuan procedural.
a) Mengeksekusi, diasosiasikan dengan penggunaan keterampilan dan algoritme ketimbang dengan teknik dan metode
Contoh Asesmen: Siswa diberi tugas yang familier dan dapat dikerjakan dengan prosedur yang telah diketahui
b) Mengimplementasikan, siswa memilih dan menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas yang tidak familier.
4. MENGANALISIS, melibatkan proses memecah-mecah materi jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan antar bagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya.
a) Membedakan, melibatkan proses memilah milih bagian-bagian yang relevan atau penting dari sebuah struktur. Membedakan berbeda dengan membandingkan dalam penggunaan konteks untuk menentukan mana informasi yang relevan dan tidak.
Format assessment: Soal-soal jawaban singkat atau pilihan.
b) Mengorganisasikan, melibatkan proses mengidentifikasi elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur yang koheren.
Format asesmen: Melibatkan proses sebuah struktur (mis. Garis besar, tabel, matriks, atau struktur organisasi). Asesmen berupa jawaban singkat, atau soal pilihan.
c) Mengatribusikan, ketika siswa menentukan sudut pandang, pendapat, nilai atau tujuan dibalik komunikasi.
Contoh. Membaca tulisan perang Diponegoro, siswa menentukan sudut pandang penulisnya Indonesia atau Belanda
Format Asesmen: memberikan materi tulisan atau lisan kemudian meminta siswa membuat atau memilih deskripsi tentang sudut pandang, pendapat dan tujuan penulis atau pembicara.
5. MENGEVALUASI
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan berdasarkan criteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efisiensi, dan konsistensi.
a) Memeriksa melibatkan proses menguji inkonsistensi atau kesalahan internal dalam suatu operasi atau produk.
Contoh : siswa belajar menetukan apakah kesimpulan seorang ilmuwan sesuai dengan data observasi atau tidak.
Format Asesmen: tugas-tugas memeriksa proses dan produk yang diberikan kepada siswa atau oleh siswa sendiri.
b) Mengkritik, melibatkan proses penilaian suatu produk atau proses berdasarkan criteria dan standar eksternal. Nama lain menilai.
Contoh. Menilai kelebihan-kelebihan suatu produk atau proses berdasarkan criteria atau standar-standar baku atau buatan sendiri.
Contoh: Mengevaluasi alasan suatu hipotesis, menilai metode mana yang terbaik dalam menyelesaikan masalah.
Format Asesmen: Mengkritik hipotesis atau pendapatnya sendiri atau orang lain.
6. MENCIPTA
Mencipta melibatkan proses menyusun elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren dan fingsional. Meminta siswa membuat sebuah produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya.
Mencipta dalam pengertian ini, walaupun mencakup tujuan pendidikan untuk menciptakan produk yang khas tetapi juga untuk menciptakan produk yang semua siswa dapat akan melakukannya dalam pengertian menyintesiskan informasi atau materi untuk membuat sebuah keseluruhan yang bar, seperti dalam menulis, melukis, membangun..
Proses mencipta dapat dibagi jadi tiga tahap:
Tahap I, Penggambaran masalah yang di dalamnya siswa berusahan memahami tugas asesmen dan mencari solusi, perencanaan solusi, mengkaji kemungkinan dan membuat rencana yang dapat dilakukan, eksekusi sosial yang di dalamnya siswa berhasil melaksanakan rencana dengan baik. Tahap ini dinamakan Tahap Divergen, memikirkan berbagai solusi ketika berusaha memahami tugas.
Tahap II,berpikir konvergen , siswa merencanakan metode solusi dan mengubahnya menjadi aksi
Tahap III, melaksanakan rencana dengan mengkonstruksi solusi (memproduksi)
PROSES KOGNITIF MENCIPTA: Merumuskan, merencanakan, dan memproduksi
a) Merumuskan
Melibatkan proses menggambarkan masalah dan membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi criteria tertentu. Nama lain membuat Hipotesis
Format Asesmen: Jawaban singkat yang meminta siswa membuat format jawaban singkat, membuat alternative atau hipotesis.
b) Merencanakan (medesain) melibatkan proses metode penyelesaian masalah yang sesuai dengan criteria masalah.
Format Asesmen: Merencanakan dapat diases dengan meminta siswa mencari solusi yang realistis, mendeskripsikan rencana penyelesaian masalah, memilih rencana penyelesaian masalah yang tepat.
Contoh: Siswa dapat memaparkan langkah dalam menyelesaikan soal trigonometri
c) Memproduksi (Mengkonstruksi)
Melibatkan proses melaksanakan rencana untuk menyelesaikan masalah yang memenuhi spesifikasi tertentu.
Format asesmen: Tugas untuk merancang. Contoh. Siswa membuat skema rencana untuk sekolah baru.
CONTOH KONTEKSTUAL
Guru ingin siswanya belajar tentang hukum OHM dapat mencakup:
a) Pengetahuan Faktual: Satuan Arus Listrik adalah ampere, satuan voltase adalah Volt.
b) Pengetahuan Prosedural:
Langkah dalam menggunakan rumus Hukum Ohm
c) Pengetahuan Konseptual
Struktur dan cara kerja rangkaian listrik yang terdiri dari beberapa baterai, kabel dan lampu bohlam. Rangkaian listrik merupakan sistem konsep yang di dalamnya terdapat hubungan-hubungan kausal antar elemen mis. Jumlah baterai ditambah dalam susunan seri maka voltase naik yang menyebabkan peningkatan aliran electron di kabel sebagai manaditunjukkan oleh peningkatan arusnya.
d) Pengetahuan Metakognitif. Guru ingin tahu kapan harus menggunakan strategi mnemonic untuk menghafal nama hukum, rumus, dan bagian lainnya.

http://sainfisika2000.wordpress.com/2013/03/27/dimensi-pengetahuan-revisi-taksonomi-pendidikan-bloom/

Pembelajaran Inkuiri

Pembelajaran inovatif lain yang sangat sesuai digunakan untuk mengajarkan materi IPA dan sesuai dengan tingkatan otonomi siswa adalah pembelajaran inkuiri.
1.    Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Inquiry berasal dari bahasa Inggris, inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan penyelidikan (Ibrahim, 2010). Menurut Koes, dalam Trihastuti (2008), inkuiri dapat dikatakan sebagai suatu metode yang mengacu pada suatu cara untuk mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari suatu gejala. Oleh karena itu sains merupakan cara berpikir dan bekerja yang setara dengan kumpulan pengetahuan, maka dalam pembelajaran sains perlu menekankan pada cara berpikir dan aktivitas saintis melalui metode inkuiri. Wayne Welch dalam Trihastuti (2008), memberikan argumentasi, bahwa teknik-teknik yang diperlukan untuk pembelajaran sains sama dengan teknik-teknik yang digunakan untuk penyelidikan ilmiah. Metode- metode yang digunakan oleh para saintis harus menjadi bagian integral dari model pembelajaran sains. Metode inilah yang dianggap sebagai proses inkuiri, dengan demikian inkuiri seharusnya menjadi ”roh” pembelajaran sains.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama model pembelajaran inkuiri, yaitu: (1) menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan  menemukan, artinya model  inkuiri menempatkan siswa sebagai subyek belajar, (2) seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan, sehingga  diharapkan    dapat     menumbuhkan   sikap percaya diri (self believe), dan (3) mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Sanjaya, 2008).
         Pendapat tersebut menggambarkan bahwa inkuiri merupakan model pembelajaran untuk melatih siswa terampil berpikir karena mereka mengalami keterlibatan secara mental atau fisik seperti terampil menggunakan alat, terampil untuk merangkai peralatan percobaan dan sebagainya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan berusaha mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Model  pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Model pembelajaran ini sering juga dinamakan model  heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
         Model pembelajaran inkuiri merupakan bagian dari pembelajaran dengan penemuan. Dalam pembelajaran penemuan, siswa didorong terlibat secara aktif untuk belajar dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk memiliki pengalaman dengan melakukan eksperimen yang memungkinkan siswa menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri (Nur dan Wikandari, 2000).
         Pendapat-pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach), (Sanjaya, 2008). Hal ini dikarenakan, dalam strategi ini siswa memegang peranan penting yang sangat dominan selama proses belajar dari seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.

2. Sintaks Pembelajaran Inkuiri
         Sintaks pembelajaran inkuiri menurut Joyce dan Weil (2000) terdiri atas enam fase yaitu: a) fase identifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah, b) fase perumusan hipotesis, c) fase pengumpulan data, d) fase intepretasi data, e) fase pengembangan kesimpulan, f) fase Pengulangan
Tabel 5.11 Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Tahap Pembelajaran
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Tahap I:
Identifikasi dan Penetapan Ruang Lingkup Masalah
  • § Pemberian masalah
  • § Perumusan masalah
  • § Mengidentifikasi   masalah
  • § Perumusan masalah

Tahap II:
Perumusan Hipotesis
  • § Perumusan hipotesis
  • § Merumuskan hipotesis
Tahap III:
Pengumpulan Data
  • § Merancang eksperimen
  • § Mengumpulkan data
  • § Merancang eksperimen
  • § Mengumpulkan data

Tahap IV:
Interpretasi data
  • § Menyusun argumen yang
mendukung data hipotesis
  • § Menyusun argumen yang    mendukung data hipotesis
Tahap V:
Pengembangan Kesimpulan
  • § Membuat induksi dan        generalisasi
  • § Membuat induksi dan  generalisasi

Tahap VI:
Pengulangan
  • § Membuktikan kembali kebenaran generalisasinya
  • § Mengulangi eksperimen mendapatkan data baru dan merevisi kesimpulan

 (Joyce dan Weil, 2000)
Engage
Explore
Evaluate
Extend 
Explain
Siklus sintaks pembelajaran inkuiri  5E menurut Ibrahim, 2010 terdiri atas  lima fase, yaitu:
                                        Engage
Gambar 5.2 Diagram siklus sintaks pembelajaran inkuiri 5E
Keterangan Siklus Sintak Pembelajaran Inkuiri 5E, menurut Ibrahim  (2010)
No
Sintaks
Aktivitas Guru
1.
Engage Membangkitkan minat siswa dengan cara mengajukan pertanyaan dengan fenomena yang dihadapi
2.
Explore Melakukan penyelidikan dengan cara observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam
3.
Extension Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan
4.
Explanation Merumuskan kesimpulan – kesimpulan berdasarkan data
5.
Evaluation Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban
3. Tingkatan Inkuiri
  1. a.    Klasifikasi Inkuiri Menurut Bonnstetter
        Klasifikasi inkuiri menurut Bonnstetter dalam Ibrahim (2010) didasarkan pada tingkat kesederhanaan kegiatan siswa dan dinyatakan sebaiknya penerapan inkuiri merupakan suatu kontinum, yaitu dimulai dari yang paling sederhana terlebih dahulu.
1)   Praktikum (traditional hands-on) adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Dalam praktikum guru menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk lengkap.
2)   Pengalaman sains yang terstruktur (structured science experience), yaitu kegiatan inkuiri dimana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh siswa.
3)   Inkuiri terbimbing (guided Inquiri), yaitu dimana siswa diberikan kesempatan bekerja untuk merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjangditentukan guru, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
4)   Inkuiri siswa mandiri (student directed inquiri),  dapat   dikatakan   inkuiri  penuh (dalam Ibrahim, 2010), pada tingkatan ini siswa bertanggung jawab secara penuh terhadap proses belajarnya, dan guru memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan pengembangan pertanyaan.
5)   Penelitian siswa (student research), guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh  komponen inkuiri menjadi tanggung jawab siswa.
        b.   Tingkatan Inkuiri Menurut Intensitas Keterlibatan Siswa
Klasifikasi inkuiri lain yang didasarkan  pada intensitas keterlibatan siswa. Ada tiga bentuk keterlibatan siswa didalam inkuiri, yaitu: (a) identifikasi masalah, (b) pengambilan keputusan tentang teknik pemecahan masalah, dan (c) identifikasi solusi tentatif terhadap masalah (Callahan dalam Ibrahim, 2010). Ada tiga tingkatan inkuiri berdasarkan variasi bentuk intensitas keterlibatan sains yaitu:
1)   Inkuiri Tingkat Pertama
Inkuiri tingkat pertama merupakan kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau  bersumber dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban sendiri terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru. Inkuiri tipe ini, yaitu tergolong kategori inkuiri terbimbing (guided inkuiri) menurut kriteria kriteria (Bonnstetter (2000),  Hansen (2002), dan Hoyo  (2004) dalam Ibrahim (2010). Dalam inkuiri terbimbing kegiatan belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan keluaran pembelajaran sudah dapat diprediksikan sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok diterapkan dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang mendasar dalam bidang ilmu tertentu.
Beberapa karakteristik dari inkuiri terbimbing yang perlu diperhatikan adalah: (a) siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui observasi spesifik hingga membuat inferensi dan generalisasi, (b) sasarannya mempelajari proses mengamati kejadian atau obyek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai, (c) guru mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data, materi dan berperan sebagai pemimpin kelas,   (d) tiap-tiap siswa berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi di dalam kelas, (e) kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium pembelajaran, (f) biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh dari siswa, (g) guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa didalam kelas (Orlich dalam Ibrahim, 1998).
2)   Pembelajaran Discovery-Inkuiri
Carin (1993: 107) menyatakan bahwa, “Discovery is the process by which the mind in logical and mathematical  ways to organize and internalize concepts and principles of the world”. Jadi dalam pembelajaran dengan discovery melibatkan proses mental dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip.
         Inkuiri adalah mengajukan pertanyaan–pertanyaan, tidak sekadar hanya pertanyaan, tetapi pertanyaan yang baik. Pertanyaan yang dapat dijawab sebagian atau secara utuh. Pertanyaan-pertanyaan yang mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi bermakna (Nur, 2002). Inkuiri adalah seni dan sains tentang mengajukan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Inkuiri meliputi pengamatan dan pengukuran, merumuskan hipotesis dan penafsiran, pembangunan model dan pengujian model. Inkuiri memerlukan eksperimen, refleksi dan pengakuan atas kekuatan–kekuatan dan kelemahan–kelemahan dari metode-metode penyelidikan yang digunakan sendiri.
        Selama inkuiri, guru dapat mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut sering open–ended, memberi kesempatan siswa untuk mengarahkan penyelidikan mereka sendiri dan menemukan jawaban mereka sendiri (tidak hanya satu jawaban benar) dan kemungkinan besar, pertanyaan-pertanyaan itu akan mengantarkan pada lebih banyak pertanyaan. Inkuiri menyediakan siswa pengalaman–pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif. Siswa mengambil inisiatif tersebut. Mereka mengembangkan keputusan, dan penelitian yang memungkinkan mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat (Nur, 2002).
        Inkuiri menciptakan kesempatan bagi guru untuk belajar, bagaimana otak siswa mereka bekerja. Guru kemudian dapat menerapkan pemahaman ini untuk menata situasi-situasi pembelajaran yang sesuai dan memfasilitasi upaya siswa dalam mengejar ilmu pengetahuan. Beberapa ketrampilan yang dipelajari guru pada saat menggunakan inkuiri meliputi: 1) mengetahui kapan saatnya memberikan suatu sentuhan, 2) mengetahui petunjuk-petunjuk apa yang tepat untuk diberikan pada tiap siswa tertentu, 3) mengetahui apa yang tidak perlu dikatakan kepada siswa (tidak memberikan jawaban tersebut kepada siswa), 4) mengetahui bagaimana membaca perilaku siswa pada saat mereka bekerja menghadapi tantangan dan bagaimana merancang suatu situasi pembelajaran bermakna dengan memperhitungkan perilaku tersebut, 5) mengetahui kapan pengamatan, hipotesis, atau eksperimen adalah bermakna, 6) mengetahui bagaimana memberikan toleransi terhadap keragu-raguan, 7) mengetahui bagaimana menggunakan kesalahan-kesalahan secara konstruktif, dan 8) mengetahui bagaimana membimbing siswa sehingga memberikan mereka keleluasaan kontrol atas eksplorasi mereka tidak berarti kehilangan kontrol kelas.
Ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu:
  • Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa.
  • Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis.
  • Mencari informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan.
  • Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.
  • Mengaplikasikan kesimpulan (Sujana, 1989).
3)   Inkuiri Bebas
         Inkuiri tingkat kedua dan ketiga dikategorikan sebagai inkuiri bebas (unguided inquiry). Dalam inkuiri bebas, siswa difasilitasi untuk mengidentifikasi masalah dan merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan gagasannya dan merancang untuk menguji gagasan tersebut, siswa diberi motivasi untuk melatih berpikir kritis,  mencari informasi, menganalisis argumen dan data, membangun dan mensintesis ide–ide baru, memanfaatkan ide–ide awalnya untuk memecahkan masalah serta menggeneralisasikan data (Bonsntetter dalam Ibrahim, 2010). Guru berperan dalam mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan tentatif yang menjadikan kegiatan belajar lebih menyerupai kegiatan penelitian seperti yang dilakukan para ahli.
Beberapa karakteristik yang menandai kegiatan inkuiri bebas adalah: (a) siswa mengembangkan kemampuannya dalam melakukan observasi khusus untuk membuat inferensi, (b) sasaran belajar adalah proses pengamatan kejadian, obyek dan data yang kemudian mengarahkan pada perangkat generalisasi yang sesuai, (c) guru hanya mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan materi inisiasi, (d) dari materi yang tersedia, siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa bimbingan guru, (e) ketersediaan materi di dalam kelas menjadi penting agar kelas dapat berfungsi sebagai laboratorium, (f) kebermaknaan didapat oleh siswa melalui observasi dan inferensi seta melalui interaksi dengan siswa lain, (g) guru tidak membatasi generalisasi yang dibuat oleh siswa, dan (h) guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan generalisasi yang dibuat sehinggga dapat bermanfaat bagi semua siswa dalam kelas.
  1. c.    Tingkatan Inkuiri Berdasarkan Peran Guru atau Kebebasan Siswa
Pembelajaran inkuiri dapat dibedakan menjadi empat level yaitu level (0) adalah inkuiri konvirmasi, level (1) adalah inkuiri terstruktur, level (2) adalah inkuiri terbimbing, dan level (3) adalah inkuiri terbuka (Brickman, 2009). Dari keempat level inkuiri tersebut, pada prinsipnya tidak ada perbedaan. Dasar pembeda keempat level tersebut hanyalah pada derajad peran serta guru atau kebebasan siswa dalam melakukan kegiatan inkuiri.
            Tabel 5.12  Level Inquiry dan Karakteristik Tingkat Pembelajaran pada
                             Lembar Kegiatan Proses  (LKP)
Level yang terlibat dalam Guru dan Siswa
Perumusan Masalah Perumusan
ProsedurPerumusan
SolusiLevel 0: confirmation/verification
Guru
Guru
Guru
Level 1: structured inquiry(inkuiri tipe I)
Guru
Guru
Siswa
Level 2: guided inquiry(inkuiri tipe II)
Guru
Siswa
Siswa
Level 3: open inquiry (inkuiri tipe III)
Siswa
Siswa
Siswa

(Brickman, 2009)
         Pembelajaran Inkuiri membantu siswa tidak hanya tahu menggunakan sains dan menemukan sains, melainkan juga membantu siswa memahami sains yang benar. Pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan kebiasaan siswa dalam berpikir ilmiah dan terampil dalam kerja ilmiah. Pembelajaran inkuiri mampu: (a) melibatkan siswa dalam proses belajar. Keterlibatan dimaksud bukan hanya keterlibatan mental intelektual atau berpikir saja namun juga keterlibatan sosial dan emosional, (b) siswa akan terbiasa bekerja secara logis dan sistematis, dan (c) mengembangkan sikap percaya diri siswa. (Soetjipto, dalam Prayitno, 2010)
         Pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri mampu memberdayakan berpikir tinggi dan keterampilan proses sains. Pembelajaran inkuiri menuntut siswa mampu melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, mengidentifikasi permasalahan,  menguji, menggolongkan jenis data, mencari pola. Ke semua keterampilan tersebut mengantarkan siswa dalam berpikir tingkat tinggi, siswa terlatih dalam penguasaan keterampilan proses sains, karena pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sebagai ilmuwan.

© 2015. Information Center - Template by Creating Website Modified by Blog Si Ryan
Proudly powered by Blogger