Pembelajaran inovatif lain yang sangat
sesuai digunakan untuk mengajarkan materi IPA dan sesuai dengan
tingkatan otonomi siswa adalah pembelajaran inkuiri.
1. Pengertian Pembelajaran Inkuiri
Inquiry berasal dari bahasa Inggris, inquiry yang
dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban
terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah
pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap
obyek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan penyelidikan
(Ibrahim, 2010). Menurut Koes, dalam Trihastuti (2008), inkuiri dapat
dikatakan sebagai suatu metode yang mengacu pada suatu cara untuk
mempertanyakan, mencari pengetahuan atau informasi, atau mempelajari
suatu gejala. Oleh karena itu sains merupakan cara berpikir dan bekerja
yang setara dengan kumpulan pengetahuan, maka dalam pembelajaran sains
perlu menekankan pada cara berpikir dan aktivitas saintis melalui metode
inkuiri. Wayne Welch dalam Trihastuti (2008), memberikan argumentasi,
bahwa teknik-teknik yang diperlukan untuk pembelajaran sains sama dengan
teknik-teknik yang digunakan untuk penyelidikan ilmiah. Metode- metode
yang digunakan oleh para saintis harus menjadi bagian integral dari
model pembelajaran sains. Metode inilah yang dianggap sebagai proses
inkuiri, dengan demikian inkuiri seharusnya menjadi ”roh” pembelajaran
sains.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama
model pembelajaran inkuiri, yaitu: (1) menekankan pada aktivitas siswa
secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya model inkuiri
menempatkan siswa sebagai subyek belajar, (2) seluruh aktivitas yang
dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri
dari suatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat
menumbuhkan sikap percaya diri (self believe), dan (3)
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis dan kritis,
atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental (Sanjaya, 2008).
Pendapat tersebut menggambarkan
bahwa inkuiri merupakan model pembelajaran untuk melatih siswa terampil
berpikir karena mereka mengalami keterlibatan secara mental atau fisik
seperti terampil menggunakan alat, terampil untuk merangkai peralatan
percobaan dan sebagainya, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan berusaha
mencari jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan. Model pembelajaran
inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Model
pembelajaran ini sering juga dinamakan model heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang berarti saya menemukan.
Model pembelajaran inkuiri
merupakan bagian dari pembelajaran dengan penemuan. Dalam pembelajaran
penemuan, siswa didorong terlibat secara aktif untuk belajar dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa untuk
memiliki pengalaman dengan melakukan eksperimen yang memungkinkan siswa
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka sendiri (Nur dan Wikandari,
2000).
Pendapat-pendapat tersebut dapat
diuraikan bahwa strategi pembelajaran inkuiri merupakan bentuk dari
pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered approach),
(Sanjaya, 2008). Hal ini dikarenakan, dalam strategi ini siswa memegang
peranan penting yang sangat dominan selama proses belajar dari seluruh
kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis,
logis dan analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan percaya diri.
2. Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Sintaks
pembelajaran inkuiri menurut Joyce dan Weil (2000) terdiri atas enam
fase yaitu: a) fase identifikasi dan penetapan ruang lingkup masalah, b)
fase perumusan hipotesis, c) fase pengumpulan data, d) fase intepretasi
data, e) fase pengembangan kesimpulan, f) fase Pengulangan
Tabel 5.11 Sintaks Pembelajaran Inkuiri
Tahap Pembelajaran
|
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Siswa
|
Tahap I:
Identifikasi dan Penetapan Ruang Lingkup Masalah
|
|
|
Tahap II:
Perumusan Hipotesis
|
|
|
Tahap III:
Pengumpulan Data
|
|
|
Tahap IV:
Interpretasi data
|
mendukung data hipotesis
|
|
Tahap V:
Pengembangan Kesimpulan
|
|
|
Tahap VI:
Pengulangan
|
|
(Joyce dan Weil, 2000)
Engage
|
Explore
|
Evaluate
|
Extend
|
Explain
|
Siklus sintaks pembelajaran inkuiri 5E menurut Ibrahim, 2010 terdiri atas lima fase, yaitu:
Engage
|
Gambar 5.2 Diagram siklus sintaks pembelajaran inkuiri 5E
Keterangan Siklus Sintak Pembelajaran Inkuiri 5E, menurut Ibrahim (2010)
No
|
Sintaks
|
Aktivitas Guru
|
1.
|
Engage | Membangkitkan minat siswa dengan cara mengajukan pertanyaan dengan fenomena yang dihadapi |
2.
|
Explore | Melakukan penyelidikan dengan cara observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam |
3.
|
Extension | Mengumpulkan data berkait dengan pertanyaan yang diajukan |
4.
|
Explanation | Merumuskan kesimpulan – kesimpulan berdasarkan data |
5.
|
Evaluation | Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban |
3. Tingkatan Inkuiri
- a. Klasifikasi Inkuiri Menurut Bonnstetter
Klasifikasi inkuiri menurut
Bonnstetter dalam Ibrahim (2010) didasarkan pada tingkat kesederhanaan
kegiatan siswa dan dinyatakan sebaiknya penerapan inkuiri merupakan
suatu kontinum, yaitu dimulai dari yang paling sederhana terlebih
dahulu.
1) Praktikum (traditional hands-on)
adalah tipe inkuiri yang paling sederhana. Dalam praktikum guru
menyediakan seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang
harus ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk lengkap.
2) Pengalaman sains yang terstruktur (structured science experience),
yaitu kegiatan inkuiri dimana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan
dan prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh
siswa.
3) Inkuiri terbimbing (guided Inquiri),
yaitu dimana siswa diberikan kesempatan bekerja untuk merumuskan
prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri,
sedangkan hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan penunjangditentukan
guru, guru hanya berperan sebagai fasilitator.
4) Inkuiri siswa mandiri (student directed inquiri),
dapat dikatakan inkuiri penuh (dalam Ibrahim, 2010), pada
tingkatan ini siswa bertanggung jawab secara penuh terhadap proses
belajarnya, dan guru memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik
dan pengembangan pertanyaan.
5) Penelitian siswa (student research),
guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing sedangkan
penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan proses dari seluruh komponen
inkuiri menjadi tanggung jawab siswa.
b. Tingkatan Inkuiri Menurut Intensitas Keterlibatan Siswa
Klasifikasi inkuiri lain yang didasarkan
pada intensitas keterlibatan siswa. Ada tiga bentuk keterlibatan siswa
didalam inkuiri, yaitu: (a) identifikasi masalah, (b) pengambilan
keputusan tentang teknik pemecahan masalah, dan (c) identifikasi solusi
tentatif terhadap masalah (Callahan dalam Ibrahim, 2010). Ada tiga
tingkatan inkuiri berdasarkan variasi bentuk intensitas keterlibatan
sains yaitu:
1) Inkuiri Tingkat Pertama
Inkuiri tingkat pertama merupakan
kegiatan inkuiri dimana masalah dikemukakan oleh guru atau bersumber
dari buku teks kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban sendiri
terhadap masalah tersebut di bawah bimbingan yang intensif dari guru.
Inkuiri tipe ini, yaitu tergolong kategori inkuiri terbimbing (guided inkuiri)
menurut kriteria kriteria (Bonnstetter (2000), Hansen (2002), dan
Hoyo (2004) dalam Ibrahim (2010). Dalam inkuiri terbimbing kegiatan
belajar harus dikelola dengan baik oleh guru dan keluaran pembelajaran
sudah dapat diprediksikan sejak awal. Inkuiri jenis ini cocok diterapkan
dalam pembelajaran mengenai konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
mendasar dalam bidang ilmu tertentu.
Beberapa karakteristik dari inkuiri
terbimbing yang perlu diperhatikan adalah: (a) siswa mengembangkan
kemampuan berpikir melalui observasi spesifik hingga membuat inferensi
dan generalisasi, (b) sasarannya mempelajari proses mengamati kejadian
atau obyek kemudian menyusun generalisasi yang sesuai, (c) guru
mengontrol bagian tertentu dari pembelajaran misalnya kejadian, data,
materi dan berperan sebagai pemimpin kelas, (d) tiap-tiap siswa
berusaha untuk membangun pola yang bermakna berdasarkan hasil observasi
di dalam kelas, (e) kelas diharapkan berfungsi sebagai laboratorium
pembelajaran, (f) biasanya sejumlah generalisasi tertentu akan diperoleh
dari siswa, (g) guru memotivasi semua siswa untuk mengkomunikasikan
hasil generalisasinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa
didalam kelas (Orlich dalam Ibrahim, 1998).
2) Pembelajaran Discovery-Inkuiri
Carin (1993: 107) menyatakan bahwa, “Discovery is the process by which the mind in logical and mathematical ways to organize and internalize concepts and principles of the world”. Jadi dalam pembelajaran dengan discovery melibatkan proses mental dimana anak atau individu mengasimilasi konsep dan prinsip-prinsip.
Inkuiri adalah mengajukan
pertanyaan–pertanyaan, tidak sekadar hanya pertanyaan, tetapi pertanyaan
yang baik. Pertanyaan yang dapat dijawab sebagian atau secara utuh.
Pertanyaan-pertanyaan yang mengantarkan pada pengujian dan eksplorasi
bermakna (Nur, 2002). Inkuiri adalah seni dan sains tentang mengajukan
dan menjawab pertanyaan-pertanyaan. Inkuiri meliputi pengamatan dan
pengukuran, merumuskan hipotesis dan penafsiran, pembangunan model dan
pengujian model. Inkuiri memerlukan eksperimen, refleksi dan pengakuan
atas kekuatan–kekuatan dan kelemahan–kelemahan dari metode-metode
penyelidikan yang digunakan sendiri.
Selama inkuiri, guru dapat
mengajukan suatu pertanyaan atau mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
sering open–ended, memberi kesempatan siswa untuk mengarahkan
penyelidikan mereka sendiri dan menemukan jawaban mereka sendiri (tidak
hanya satu jawaban benar) dan kemungkinan besar, pertanyaan-pertanyaan
itu akan mengantarkan pada lebih banyak pertanyaan. Inkuiri menyediakan
siswa pengalaman–pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif. Siswa
mengambil inisiatif tersebut. Mereka mengembangkan keputusan, dan
penelitian yang memungkinkan mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat
(Nur, 2002).
Inkuiri menciptakan kesempatan
bagi guru untuk belajar, bagaimana otak siswa mereka bekerja. Guru
kemudian dapat menerapkan pemahaman ini untuk menata situasi-situasi
pembelajaran yang sesuai dan memfasilitasi upaya siswa dalam mengejar
ilmu pengetahuan. Beberapa ketrampilan yang dipelajari guru pada saat
menggunakan inkuiri meliputi: 1) mengetahui kapan saatnya memberikan
suatu sentuhan, 2) mengetahui petunjuk-petunjuk apa yang tepat untuk
diberikan pada tiap siswa tertentu, 3) mengetahui apa yang tidak perlu
dikatakan kepada siswa (tidak memberikan jawaban tersebut kepada siswa),
4) mengetahui bagaimana membaca perilaku siswa pada saat mereka bekerja
menghadapi tantangan dan bagaimana merancang suatu situasi pembelajaran
bermakna dengan memperhitungkan perilaku tersebut, 5) mengetahui kapan
pengamatan, hipotesis, atau eksperimen adalah bermakna, 6) mengetahui
bagaimana memberikan toleransi terhadap keragu-raguan, 7) mengetahui
bagaimana menggunakan kesalahan-kesalahan secara konstruktif, dan 8)
mengetahui bagaimana membimbing siswa sehingga memberikan mereka
keleluasaan kontrol atas eksplorasi mereka tidak berarti kehilangan
kontrol kelas.
Ada lima tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan pembelajaran inkuiri, yaitu:
- Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa.
- Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis.
- Mencari informasi, data dan fakta yang diperlukan untuk menjawab hipotesis atau permasalahan.
- Menarik kesimpulan jawaban atau generalisasi.
- Mengaplikasikan kesimpulan (Sujana, 1989).
3) Inkuiri Bebas
Inkuiri tingkat kedua dan ketiga dikategorikan sebagai inkuiri bebas (unguided inquiry).
Dalam inkuiri bebas, siswa difasilitasi untuk mengidentifikasi masalah
dan merancang proses penyelidikan. Siswa dimotivasi untuk mengemukakan
gagasannya dan merancang untuk menguji gagasan tersebut, siswa diberi
motivasi untuk melatih berpikir kritis, mencari informasi, menganalisis
argumen dan data, membangun dan mensintesis ide–ide baru, memanfaatkan
ide–ide awalnya untuk memecahkan masalah serta menggeneralisasikan data
(Bonsntetter dalam Ibrahim, 2010). Guru berperan dalam mengarahkan siswa
untuk membuat kesimpulan tentatif yang menjadikan kegiatan belajar
lebih menyerupai kegiatan penelitian seperti yang dilakukan para ahli.
Beberapa karakteristik yang menandai
kegiatan inkuiri bebas adalah: (a) siswa mengembangkan kemampuannya
dalam melakukan observasi khusus untuk membuat inferensi, (b) sasaran
belajar adalah proses pengamatan kejadian, obyek dan data yang kemudian
mengarahkan pada perangkat generalisasi yang sesuai, (c) guru hanya
mengontrol ketersediaan materi dan menyarankan materi inisiasi, (d) dari
materi yang tersedia, siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan tanpa
bimbingan guru, (e) ketersediaan materi di dalam kelas menjadi penting
agar kelas dapat berfungsi sebagai laboratorium, (f) kebermaknaan
didapat oleh siswa melalui observasi dan inferensi seta melalui
interaksi dengan siswa lain, (g) guru tidak membatasi generalisasi yang
dibuat oleh siswa, dan (h) guru mendorong siswa untuk mengkomunikasikan
generalisasi yang dibuat sehinggga dapat bermanfaat bagi semua siswa
dalam kelas.
- c. Tingkatan Inkuiri Berdasarkan Peran Guru atau Kebebasan Siswa
Pembelajaran inkuiri dapat dibedakan
menjadi empat level yaitu level (0) adalah inkuiri konvirmasi, level (1)
adalah inkuiri terstruktur, level (2) adalah inkuiri terbimbing, dan
level (3) adalah inkuiri terbuka (Brickman, 2009). Dari keempat level
inkuiri tersebut, pada prinsipnya tidak ada perbedaan. Dasar pembeda
keempat level tersebut hanyalah pada derajad peran serta guru atau
kebebasan siswa dalam melakukan kegiatan inkuiri.
Tabel 5.12 Level Inquiry dan Karakteristik Tingkat Pembelajaran pada
Lembar Kegiatan Proses (LKP)
Level yang terlibat dalam Guru dan Siswa
|
Perumusan Masalah | Perumusan |
SolusiLevel 0: confirmation/verification
Guru
Guru
Guru
Level 1: structured inquiry(inkuiri tipe I)
Guru
Guru
Siswa
Level 2: guided inquiry(inkuiri tipe II)
Guru
Siswa
Siswa
Level 3: open inquiry (inkuiri tipe III)
Siswa
Siswa
Siswa
(Brickman, 2009)
Pembelajaran Inkuiri membantu
siswa tidak hanya tahu menggunakan sains dan menemukan sains, melainkan
juga membantu siswa memahami sains yang benar. Pembelajaran inkuiri
dapat mengembangkan kebiasaan siswa dalam berpikir ilmiah dan terampil
dalam kerja ilmiah. Pembelajaran inkuiri mampu: (a) melibatkan siswa
dalam proses belajar. Keterlibatan dimaksud bukan hanya keterlibatan
mental intelektual atau berpikir saja namun juga keterlibatan sosial dan
emosional, (b) siswa akan terbiasa bekerja secara logis dan sistematis,
dan (c) mengembangkan sikap percaya diri siswa. (Soetjipto, dalam
Prayitno, 2010)
Pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri mampu memberdayakan berpikir
tinggi dan keterampilan proses sains. Pembelajaran inkuiri menuntut
siswa mampu melihat hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan,
mengidentifikasi permasalahan, menguji, menggolongkan jenis data,
mencari pola. Ke semua keterampilan tersebut mengantarkan siswa dalam
berpikir tingkat tinggi, siswa terlatih dalam penguasaan keterampilan
proses sains, karena pembelajaran inkuiri memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bekerja sebagai ilmuwan.
1 comments:
sip