Metode Pengumpulan Data Penelitian Kualitatif |
Written by Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si |
Friday, 10 June 2011 02:25 |
(Materi Kuliah Metodologi Penelitian PPs. UIN Maliki Malang)
Pengumpulan data merupakan salah satu
tahapan sangat penting dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang
benar akan menghasilkan data yang memiliki kredibilitas tinggi, dan
sebaliknya. Oleh karena itu, tahap ini tidak boleh salah dan harus
dilakukan dengan cermat sesuai prosedur dan ciri-ciri penelitian
kualitatif (sebagaimana telah dibahas pada materi sebelumnya). Sebab,
kesalahan atau ketidaksempurnaan dalam metode pengumpulan data akan
berakibat fatal, yakni berupa data yang tidak credible,
sehingga hasil penelitiannya tidak bisa dipertanggungjawabkan. Hasil
penelitian demikian sangat berbahaya, lebih-lebih jika dipakai sebagai
dasar pertimbangan untuk mengambil kebijakan publik.
Misalnya, jika peneliti ingin
memperoleh informasi mengenai persepsi guru terhadap kurikulum yang
baru, maka teknik yang dipakai ialah wawancara, bukan observasi.
Sedangkan jika peneliti ingin mengetahui bagaimana guru menciptakan
suasana kelas yang hidup, maka teknik yang dipakai adalah observasi.
Begitu juga jika, ingin diketahui mengenai kompetensi siswa dalam
matapelajaran tertentu, maka teknik yang dipakai adalah tes, atau bisa
juga dokumen berupa hasil ujian. Dengan demikian, informasi yang ingin
diperoleh menentukan jenis teknik yang dipakai (materials determine a means).
Itu pun masih ditambah dengan kecakapan peneliti menggunakan
teknik-teknik tersebut. Bisa saja terjadi karena belum berpegalaman atau
belum memiliki pengetahuan yang memadai, peneliti tidak berhasil
menggali informasi yang dalam, sebagaimana karakteristik data dalam
penelitian kualitatif, karena kurang cakap menggunakan teknik tersebut,
walaupun teknik yang dipilih sudah tepat. Solusinya terus belajar dan
membaca hasil-hasil penelitian sebelumnya yang sejenis akan sangat
membantu menambah kecakapan peneliti.
Penggunaan istilah ‘data’ sebenarnya
meminjam istilah yang lazim dipakai dalam metode penelitian kuantitatif
yang biasanya berupa tabel angka. Namun, di dalam metode penelitian
kualitatif yang dimaksudkan dengan data adalah segala informasi baik
lisan maupun tulis, bahkan bisa berupa gambar atau foto, yang
berkontribusi untuk menjawab masalah penelitian sebagaimana dinyatakan
di dalam rumusan masalah atau fokus penelitian.
Di dalam metode penelitian kualitatif,
lazimnya data dikumpulkan dengan beberapa teknik pengumpulan data
kualitatif, yaitu; 1). wawancara, 2). observasi, 3). dokumentasi, dan
4). diskusi terfokus (Focus Group Discussion). Sebelum
masing-masing teknik tersebut diuraikan secara rinci, perlu ditegaskan
di sini bahwa hal sangat penting yang harus dipahami oleh setiap
peneliti adalah alasan mengapa masing-masing teknik tersebut dipakai,
untuk memperoleh informasi apa, dan pada bagian fokus masalah mana yang
memerlukan teknik wawancara, mana yang memerlukan teknik observasi,
mana yang harus kedua-duanya dilakukan, dst. Pilihan teknik sangat
tergantung pada jenis informasi yang diperoleh.
B. Penjelasan ringkas masing-masing teknik 1. Wawancara
Wawancara ialah proses komunikasi atau
interaksi untuk mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara
peneliti dengan informan atau subjek penelitian. Dengan kemajuan
teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja dilakukan
tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya
wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam
tentang sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau,
merupakan proses pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
telah diperoleh lewat teknik yang lain sebelumnya.
Karena merupakan proses pembuktian,
maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau berbeda dengan informasi
yang telah diperoleh sebelumnya.
Agar wawancara efektif, maka terdapat
berapa tahapan yang harus dilalui, yakni ; 1). mengenalkan diri, 2).
menjelaskan maksud kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan
4). mengajukan pertanyaan (Yunus, 2010: 358).
Selain itu, agar informan dapat
menyampaikan informasi yang komprehensif sebagaimana diharapkan
peneliti, maka berdasarkan pengalaman wawancara yang penulis lakukan
terdapat beberapa kiat sebagai berikut; 1). ciptakan suasana wawancara
yang kondusif dan tidak tegang, 2). cari waktu dan tempat yang telah
disepakati dengan informan, 3). mulai pertanyaan dari hal-hal sederhana
hingga ke yang serius, 4). bersikap hormat dan ramah terhadap
informan, 5). tidak menyangkal informasi yang diberikan informan, 6).
tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi yang tidak ada
hubungannya dengan masalah/tema penelitian, 7). tidak bersifat
menggurui terhadap informan, 8). tidak menanyakan hal-hal yang membuat
informan tersinggung atau marah, dan 9). sebaiknya dilakukan secara
sendiri, 10) ucapkan terima kasih setelah wawancara selesai dan minta
disediakan waktu lagi jika ada informasi yang belum lengkap.
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth interview),
di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara
terlibat langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara
bebas tanpa pedoman pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga
suasananya hidup, dan dilakukan berkali-kali; 2). wawancara terarah (guided interview)
di mana peneliti menanyakan kepada informan hal-hal yang telah
disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam, wawancara
terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti
terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering
terjadi pewawancara atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan
yang diajukan daripada bertatap muka dengan informan, sehingga suasana
terasa kaku.
Dalam praktik sering juga terjadi
jawaban informan tidak jelas atau kurang memuaskan. Jika ini terjadi,
maka peneliti bisa mengajukan pertanyaan lagi secara lebih spesifik.
Selain kurang jelas, ditemui pula informan menjawab “tidak tahu”.
Menurut Singarimbun dan Sofian Effendi (1989: 198-199), jika terjadi
jawaban “tidak tahu”, maka peneliti harus berhati-hati dan tidak
lekas-lekas pindah ke pertanyaan lain. Sebab, makna “tidak tahu”
mengandung beberapa arti, yaitu:
1) informan memang tidak mengerti
pertanyaan peneliti, sehingga untuk menghindari jawaban “tidak
mengerti", dia menjawab “tidak tahu”.
2) informan sebenarnya sedang berpikir memberikan jawaban, tetapi karena suasana tidak nyaman dia menjawab “tidak tahu”.
3) pertanyaannya bersifat personal yang mengganggu privasi informan, sehingga jawaban “tidak tahu’ dianggap lebih aman
4) informan memang betul-betul tidak
tahu jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Karena itu, jawaban “tidak
tahu" merupakan jawaban sebagai data penelitian yang benar dan sungguh
yang perlu dipertimbangkan oleh peneliti.
2. Observasi
Selain wawancara, observasi juga
merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang sangat lazim dalam
metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan
dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman,
pendengaran, untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab
masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian,
peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi
seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu
peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan
beberapa bentuk observasi, yaitu: 1). Observasi partisipasi, 2).
observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi kelompok. Berikut
penjelasannya:
1) Observasi partisipasi adalah (participant observation)
adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data
penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana peneliti terlibat
dalam keseharian informan.
2) Observasi tidak terstruktur ialah
pengamatan yang dilakukan tanpa menggunakan pedoman observasi, sehingga
peneliti mengembangkan pengamatannya berdasarkan perkembangan yang
terjadi di lapangan.
3) Observasi kelompok ialah pengamatan
yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti terhadap sebuah isu yang
diangkat menjadi objek penelitian.
3. Dokumen
Selain melalui wawancara dan observasi,
informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk
surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal
kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai
untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu
memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut
sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna.
4. Focus Group Discussion
Metode terakhir untuk mengumpulkan data ialah lewat Diskusi terpusat (Focus Group Discussion),
yaitu upaya menemukan makna sebuah isu oleh sekelompok orang lewat
diskusi untuk menghindari diri pemaknaan yang salah oleh seorang
peneliti. Misalnya, sekelompok peneliti mendiskusikan hasil UN 2011 di
mana nilai rata-rata siswa pada matapelajaran bahasa Indonesia rendah.
Untuk menghindari pemaknaan secara subjektif oleh seorang peneliti, maka
dibentuk kelompok diskusi terdiri atas beberapa orang peneliti. Dengan
beberapa orang mengkaji sebuah isu diharapkan akan diperoleh hasil
pemaknaan yang lebih objektif.
----Selamat Mencoba ---
Malang, 9 Juni, 2011
Daftar Pustaka Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Creswell, John W., Vicki L. Plano Clark. 2007. Designing and Conducting Mixed Methods Research.Thousand Oaks: SAGE Publications Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed.). 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3S Yunus, Hadi Sabari. 2010. Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. |